Dulu, ada dua siswa SMPN 12 Bandung kelas 7. Satu bernama Alexa, dan satunya lagi bernama Ananda. 👭
Kalau ada orang yang mencari Alexa, pasti nama Ananda juga ikut disebut. Kami berdua seperti paket lengkap—dua orang yang berbeda, tapi nyambung dalam banyak hal. Aku yang cerewet, Nanda yang santai. Aku suka bercanda, dia suka menertawakanku. 😄
Dunia terasa ringan setiap kali aku duduk di sampingnya. Entah di kantin, di depan kelas, atau di jalan pulang sambil menyanyikan lagu-lagu receh yang cuma kami berdua tahu. 🎵
Kami dekat bukan karena dipaksa keadaan, tapi karena benar-benar cocok. Sejak awal sekolah, kami selalu satu selera, satu tawa, satu arah. 💫
Kalau ada yang melihat kami berdua, mereka pasti bilang, "Kalian tuh kayak cermin—saling nyatu tapi tetap beda." Aku selalu tersenyum mendengarnya, karena memang begitulah kami. 🪞
Namun, semuanya berubah ketika kami mulai terjebak dalam lingkaran pertemanan yang salah. Lingkaran yang katanya "teman", tapi isinya cuma saling menyindir, membicarakan orang di belakang, dan pura-pura baik di depan. 😔
Awalnya, aku dan Nanda hanya ikut karena tidak ingin dianggap aneh. Tapi lama-kelamaan, suasananya makin berat. 😰
Sampai suatu hari, aku punya masalah kecil dengan salah satu dari mereka. Aku kira cukup antara aku dan dia saja, tapi ternyata gosipnya menyebar ke mana-mana. Entah bagaimana, nama aku dan nama Nanda ikut terseret. 💔
Ada yang bilang ke Nanda kalau aku ngomongin dia di belakang. Padahal, demi apa pun, aku tidak pernah melakukannya. Tapi yang sampai ke telinganya adalah versi lain—versi yang sudah dipelintir jadi buruk. 😢
Aku masih ingat dengan jelas, waktu itu kami duduk di taman sekolah. Tiba-tiba Nanda bertanya, "Lex, kamu ngomongin aku, ya, sama mereka?" Aku kaget, lalu menjawab agak ketus, "Ngapain aku ngomongin kamu?" 😠
Mungkin caraku saat itu terlalu keras. Mungkin ekspresiku salah. Tapi sumpah, sejak detik itu, matanya berubah. Tatapannya bukan lagi tatapan sahabat, tapi tatapan orang yang kecewa. 💔
Sejak saat itu, semuanya menurun cepat. Kami mulai jarang bicara. Kalau salah satu bicara, yang lain pura-pura sibuk. Aku sering menatapnya dari jauh, berharap dia akan menatap balik. Tapi yang kudapat hanya punggungnya yang perlahan menjauh. 🚶♀️
Sampai akhirnya, suatu hari kami benar-benar bertengkar. Kata-kata yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulut kami justru terucap begitu saja—karena emosi, karena gengsi, karena rasa sakit yang tidak sempat dijelaskan. 😭
Sejak November tahun lalu, kami tidak bicara lagi. Setiap kali aku lewat lorong sekolah, aku masih melihat wajahnya. Masih sama. Tawanya masih hangat, tapi bukan untukku lagi. 🥀
Kami seperti dua orang asing yang punya terlalu banyak kenangan. Kadang aku berusaha terlihat kuat, pura-pura tidak peduli. Tapi setiap kali aku lewat di tempat kami biasa duduk bareng, ada rasa kosong di dalam dada. 💭
Pernah, suatu malam aku membuka galeri ponselku. Ada ratusan foto kami—video-video pendek waktu kami tertawa sampai nangis. Aku menontonnya satu per satu sambil menahan air mata, tapi akhirnya gagal. Aku menangis sejadi-jadinya. 😢📱
Bukan karena marah, tapi karena rindu yang tidak punya arah. Lucunya, meskipun semua sudah hancur, aku tidak pernah membenci Nanda. Setiap kali melihat dia bahagia, hatiku ikut hangat, meskipun sedikit perih. 💝
Aku cuma berharap dia tahu, aku tidak pernah bermaksud menyakitinya. Aku hanya salah cara, salah waktu, dan salah sikap. Tapi rasa sayangku sebagai sahabat tidak akan pernah hilang. 🌟
Sekarang sudah lebih dari setahun kami tidak bicara. Namun, setiap kali mataku bertemu matanya, aku merasa waktu berhenti sebentar. Ada sesuatu di sana—bukan marah, bukan benci, tapi rindu yang sama-sama kami sembunyikan. ✨
Aku percaya, mungkin belum sekarang, tapi suatu hari nanti, ketika semuanya sudah tenang dan ego sudah reda, kami bisa duduk lagi bersama. Entah di bangku sekolah, di taman, atau di tempat lain. Tertawa, membicarakan masa lalu, lalu saling memaafkan. 🌈
Sampai hari itu tiba, aku hanya bisa menyimpan satu kalimat di hati: 💕
"Aku masih di sini, Ananda Triana. Aku nggak pergi. Kalau kamu butuh tempat pulang, kamu tahu harus ke mana. Aku, sahabatmu, selalu menunggumu." 🤝💕